Jumat, 19 April 2013

SENI TARI

TARI KLASIK GAYA YOGYAKARTA

1.      Sejarah
Tari klasik gaya Yogyakarta yang disebut juga Joget Mataram merupakan warisan dari kesenian tari pada zaman Majapahit. Joget Mataram ini dikembangkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I semenjak Perjanjian Giyanti, dan dikembangkan oleh guru tari istana Yogyakarta samapai dengan massa Sultan Hamengku Buwono VII. Tari klasik gaya Yogyakarta mengalami kemajuan yang pesat pada masa Sultan Hamengku Buwono VIII (1912-1939), karena pada masa ini trjadi pembaruan-pembaruan dalam seni tari klasik gaya Yogyakarta. Ragam tari bertambah dan gerakan-gerakannya pun disempurnakan. Tata busana, iringan, tata pentas dan perlengkapan mengalami pembaruan yang menyeluruh. (Fred Wibowo, 2002:5)

2.      Pemahaman Filosofi
Tari klasik gaya Yogyakarta memiliki landasan sikap dan gerak yang didasarkan pada orientasi menyatu, berkemauan kuat, berani dan ulet serta setia secara bertanggungjawab. Hakikat inilah yang kemudian disebut sawiji, greget, sengguh dan ora mingkuh. Oleh karena itu, tari klasik gaya Yogyakarta tidak begitu mudah dihayati apabila seorang penari ingin sampai pada pengalaman penjiwaannya.
Adapun makna dari landasan filosofis tari klasik gaya Yogyakarta antara lain:
a.       Sawiji
Sawiji adalah menyatukan kemauan dan sikap dengan seluruh kekuatan rohani dan pikiran ke arah suatu sasaran yang jelas, dalam hal ini adalah peran dan karakter peran yang dibawakannya.
b.      Greget
Greget adalah berkemauan yang kuat, semangat yang berkobar dan mendorong suatu dinamika di dalam jiwa seorang penari. Kemauan yang kuat ini tidak boleh dilepas secara liar, tetapi harus dapat dikendalikan untuk dapat disalurkan secara wajar.
c.       Sengguh
Sengguh secara harfiah berarti kebanggaan pada diri sendiri. Dalam hal ini sengguh dimaksudkan sebagai kepercayaan diri (self-confidence). Dalam wujud lahiriah mencul sebagai keberanian. Namun keberanian tersebut bukan mengarah pada kesombingan, melainkan menumbuhkan sikap yang meyakinkan, pasti, dan tidak ragu-ragu.
d.      Ora Mingkuh
Ora mingkuh berarti ulet dan setia secara bertanggungjawab. Tidak lari menghadapi kesulitan-kesulitan dan memenuuhi apa yang sudah menjadi kesanggupannya dengan bertanggung jawab sepenuhnya.

3.      Pemahaman, Perwatakan dan Penjiwaan
Sebelum seorang penari masuk ke pendalaman karakter tokoh atau tarian yang akan dibawakan terlebih dahulu ia harus memiliki tiga macam kepekaan irama karena untuk menari seorang penari akan diiringi oleh iringan gamelan dengan irama-irama tertentu.
a.       Kepekaan Irama Gending
Kepekaan irama gending adalah ketajaman rasa untuk dapat mengikuti irama gending secara cermat denagn tekanan pada kethuk, kenong, kempul dan gong. Kepekaan irama ini hanya mungkin tumbuh apabila seorang penari juga belajar memahami gending-gending tarian dan irama gending tarian.
b.      Kepekaan Irama Gerak
Kepekaan irama gerak adalah ketajaman rasa dalam menggerakan anggota tubuh dengan tempo yang tetap (ajeg) sehingga menghasilkan rangkaian gerak yang mengalir lancer. Kelancaran irama gerak ini member keindahan pada seluruh tarian.
c.       Kepekaan Irama Jarak
Kepekaan irama jarak adalah ketajaman rasa dalam mengambil jarak antara anggota tubuh yang digerakan. Jarak harus tetap, sesuai dengan kemungkinan keadaan anggota tubuh si penari dan menurut kemungkinan yang ditetapkan sendiri. Kekurangan-kekurangan yang tentu saja berbeda antara penari satu dan penari yang lainnya.
Perwatakan dalam tari klasik gaya Yogyakarta tercemin secara fisik dalam ragam tari yang ada. Untuk tarian dari tokoh-tokoh wayang pada dasarnya selalu mengambil perwatakan dari wayang kulit dan cerita wayang yang sebagian bersumber dari Mahabarata dan Ramayana. Sedangkan, untuk tarian lepas dasar, meskipun tokoh tersebut tidak terdapat dalam tokoh wayang tetap saja seorang penari perlu memperhatikan sumber dari tokoh tarian lepas yang dibawakannya. Misalnya tari Golek, seorang penari tari Golek perlu mengeksplorasi pemahaman akan gerak stirilisasi dari golekan (boneka wayang kayu)
Dari sumber-sumber tersebut akan diperoleh gambaran luar (bentuk, perwujudan dan gerak). Sementara gambaran dalam diperoleh melalui bentuk, wanda dan cara berbicara. Ketiga unsure tersebut merupakan unsure yang saling berhubungan.
Bentuk dapat dibagi menjadi tiga macam karakter berikut:
a.       Halus
1)      Halus Luruh
Perwujudan gerak tari yang sungguh-sungguh halus, sederhana dengan aliran gerak yang lembut dan pelan-pelan
2)      Halus Mbranyak
Perwujudan gerak tari yang halus tetapi dinamis. Wajah tegak mendatar dengan aliran gerak yang lembut, tetapi sedikit cepat.
b.      Gagah
1)      Gagah Lugu
Perwujudan gerak tari yang gagah, sederhana dan mantap. Aliran gerak mantap dan pasti dengan mencerminkan kaku (kenceng) dan sikap jiwa yang bersahaja.
2)      Gagah Kongas
Perwujudan gerak tari yang gagah tetapi menunjukkan kesombongan. Aliran gerak dinamis dengan banyak variasi gerak.
c.       Kasar
1)      Kasar Ksatria
Perwujudan gerak tari yang kasar tetapi menunjukkan ciri ksatria atau raja. Aliran gerak dinamis, mantap meskipun terasa gerakan-gerakan yang kasar.
2)      Kasar Raksasa
Perwujudan gerakan tari yang kasar sangat dinamis dan menunjukkan perwatakan yang tidak teratur. Aliran geraknya penuh dengan gerakan-gerakan yang melebar, cepat dan kasar.
Wanda adalah roman muka, bentuk dan ekspresi yang menggambarkan watak serta suasana jiwa dari karakter wayang. Di dalam wanda ini penari merujuk pada wanda dari tokoh-tokoh wayang kulit atau untuk tarian lepas harus mencari sumber-sumber yang dapat dipakai untuk mengeksplorasi wanda tersebut.
Penjiwaan dari tarian dapat dikembangkan dengan mencoba mengobservasi tari yang dibawakannya menunjuk pada tokoh wayang.Setelah observasi akan ditemukan identifikasi dari tokoh wayang yang kemudian harus dianalisis. Hasil analisis tersebut merupakan acuan untuk membangun penjiwaan dalam tarian yang dibawakan.
Dalam tari klasik gaya Yogyakarta,dua unsure pokok, yaitu teknik dan penjiwaan adalah sangat penting. Teknik adalah keterampilan tariannya yang merupakan kulit saja, sedangkan penjiwaan adalah isian filosofis yang merupakan sukma dari tarian.

TARI GOLEK KUDUPSARI
GAYA KLASIK YOGYAKARTA

http://baltyra.com/wp-content/uploads/2011/02/tarigolek06.jpg
Tari Golek Kudupsari merupakan tari klasik putri alus gaya Yogyakarta. Tari ini menggambarkan gadis-gadis remaja yang sedang merias diri atau mempercantik diri. Tari ini ada dua versi yaitu tari Kudupsari atau nama lainnya tari Surung Dayung yaitu gaya Yogyakarta, sedangkan untuk gaya Surakartanya adalah tari Golek Sulung Dayung. Keduanya memiliki persamaan gerak, namun ada yang membedakannya yaitu ciri khas ragam gerak, unsur gerak dan gaya busananya.
Untuk ciri-ciri khas dari tari Kudupsari atau tari Surung Dayung adalah sebagai berikut:
1.            Deskripsi Ragam Gerak
No.
Nama Ragam Gerak
Deskripsi
Keterangan (Hitungan)
1.
Lampah dodok
Diawali dengan posisi jongok kaki kanan ditekuk di bawah dan tidak diduduki (jeblos), sedangkan kaki kiri tetap dengan lutut diatas, kedua jari tangan ngithing, jari kiri diletakkan pada lutut kiri sedangkan jari kanan diletkkan di atas paha kanan. Melangkah ke depan 3x dengan posisi tersebut. Ketika melangkahkan kaki kanan,tangan kiri diletakkan di atas tanah sedangkan tangan kanan menyangga kaki yang akan melangkah selanjutnya dengan diikuti tolehan kepala ke kanan. Sedangkan ketika melangkahkan kaki kiri, tangan kanan diletakkan di atas tanah sedangkan tangan kiri menyangga kaki yang akan melangkah selanjutnya dengan diikuti tolehan kepala ke kiri.
1 x 8
2.
Kapang-kapang
Berjalan tegak dengan kedua tangan lurus dan ngithing, tangan kiri memegang jarit dan pandangan lurus ke depan. Kemudian jongkok.
2 x 8
3.
Sila Panggung
Posisi duduk sila dengan kaki sedikit diangkat (tidak menempel tanah). Tangan Diawali dengan posisi ngithing, kemudian tangan kiri merapikan sampur ke depan dengan tangan kanan tetap ngithing di atas pahadan tolehan ke arah sampur yang sedang dirapikan, dilanjutkan dengan tangan kanan merapikan sampur ke depan dengan tangan kiri ngiting di atas paha dan tolehan ke arah sampur yang sedang dirapikan, kemudian kedua tangan merapikan sampur secara bersama-sama. Selanjutnya merapikan jarit dengan kedua tangan sehingga kaki tertutup oleh jarit, kemudian setelah itu kedua tangan didekatkan dengan keadaan tertelungkup diletakkan di atas jarit di antara kedua lutut dengan siku ditekuk ke dalam. Pandangan tetap ke arah depan.
2 x 8
4.
Sembahan
Kepala coklek ke kanan, kemudian pacak gulu, ketika mendengar gong kedua tangan menyembah (ibu jari diempelkan di depan hidung dengan jari lainnya lurus ke depan) dengan kepla tetap dalam keadaan pacak gulu. Kemudian pada hitungan ketiga jari ngithig tetapi tetap di depan muka, kedua tangan turun, tangan kiri diletakkan di atas tanah sedangkan tangan kanan diletakkan di atas paha kanan, kepala toleh ke kanan, kemudian coklek dan pacak gulu.
2 x 8
5.
Jengkeng
Posisi kaki seperti lampah dodok
1 x 4
6.
Nyamber Kiri - Trisik
Berdiri kaki kanan gejuk, dengan tangan kiri lurus ke samping sambil miwir sampur, tangan kanan ditukuk siku-siku ke depan sambil miwir sampur. Kaki kanan jejer, tangan kiri nyamber sampur ke arah telinga kanan dan tangan kanan mentang ke arah kanan kaki kiri srimpet, kepala noleh ke kiri.
Kemudian trisik ke arah kiri.
 1 x 4






1 x 8
7.
Nyamber Kanan- Trisik
Kaki kiri gejuk, dengan tangan kanan lurus ke samping sambil miwir sampur, tangan kiri ditukuk siku-siku ke depan sambil miwir sampur. Kaki kiri jejer, tangan kanan nyamber sampur ke arah telinga kiri dan tangan kiri mentang ke arah kiri, kaki kanan srimpet, kepala noleh ke kanan.
Kemudian trisik ke arah kanan
1 x 4






1 x 8
8.
Kicat Ridong Sampur
Hitungan 3 x 8, berjalan ke samping kiri dengan tangan kiri ridhong sampur ditekuk ke arah depan dan kanan kanan mentang sambil miwir sampur, pandangan ke arah tangan kanan. Hitungan 2 x 8, berjalan ke samping kanan dengan tangan kanan ridhong sampur ditekuk ke arah depan dan tangan kiri mentang sambil miwir sampur, pandangan ke arah tangan kiri. Hitungan 2 x 8, kedua tangan ridhong ke arah depan, kaki kicat ditempat kemudian maju.
7 x 8
9.
Nggrudho
Diawali dengan kedua tangan menthang sambil miwir sampur, ketika htungan keempat, tangan kanan kebyok sampur ke arah depan (cethik), tangan kiri mentang. Hitungan ketujuh dan delapan, tangan kanan kebyok buang sampur dan tangan kiri cul sampur, Tangan kanan ngruji siku-siku ke arah cethik tolehan ke kiri, tangan kanan seblak sampur ke kanan. Hitungan keempat tangan kanan ambil sampur dimiwir ke depan dengan posisi siku-siku, tangan kiri tetap dalam keadaan ngruji, dengan padan digenjot sambil mendhak pada hitungan keempat dan keenam, pada hitungan kedelapan tangan kanan seblak sampur ke arah kanan tetapi pandangan tetap ke arah kiri (diulangi lagi pada hitungan 1 x 8 berikutnya). Pada hitungan ke delapan berikutnya tolehan ke arah sampur yang diseblak (ulangi lagi pada hitungan 1 x 8 berikutnya).
5 x 8
10.
Mayuk Jinjit
Diawali dengan kedua tangan menthang sambil miwir sampur, ketika htungan keempat, tangan kanan kebyok sampur ke arah depan (cethik), tangan kiri mentang. Hitungan ketujuh dan delapan, tangan kanan kebyok buang sampur dan tangan kiri cul sampur, Tangan kanan ngruji siku-siku ke arah cethik tolehan ke kiri, tangan kanan seblak sampur ke kanan. Kaki kanan agak dijinjitkan sejajar denagn kaki kanan, tetapi kaki kanan tetap. Kemudian pacak gulu.
1 x 8
11.
Pendapan
Setelah mayuk jinjit, ketika hitungan keenam kaki kanan gedruk tangan kanan ngiting terbalik, sedangkan tangan kiri ngruji, kedua tangan diletakkan di depan (cethik), kaki kiri melangkah. Ketika hitungan keenam kaki kiri gedruk tangan kanan ngiting, sedangkan tangan kiri ngruji terbalik, kedua tangan diletakkan di depan (cethik), kaki kanan melangkah. Dilanjutkan bergantian seperti di atas. Pada hitungan ke 5-8 terakhir kedua tangan seblak kemudian tangan kiri ulap-ulap, tangan kanan walang kerik di cethik kanan, kaki kanan tanjak jinjit.
4 x 8
12.
Muryani Busana
Ulap-ulap
Dengan posisi setelah pendapan yang terakhir, tangan kiri ulap-ulap, sedangkan tangan kanan walang kerik di cethik kanan, kaki jinjit, diikuti leyekan ke kanan-kiri secara bergantian dan pacak gulu. Pada hitungan keenam terakhir, kaki kanan melangkan ke kiri, seblak kedua sampur, kemudian tangan kiri ambil sampur dan diletakkan siku-siku di depan muka, sedangkan tangan kanan ngithing diletakkan di samping telinga, kaki tanjak.

Tasikan
Posisi seperti gerak terakhir ulap-ulap, tangan kanan diputar ke arah depan alis-telinga-kemudian depan sampur yang sedang dipegang, kaki tanjak bergantian, disertai dengan leyekan dan pacak gulu mengikut pergerakan tangan kanan. Kemudian pada hitungan keenam terakhir, kaki kiri melangkah ke kanan, seblak kedua sampur, kemudian tangan kanan ngithing diletakkan siku-siku di sebelah telinga kanan, sedangkan tangan kiri ulap-ulap di depan muka. Kaki tanjak kanan.

Atrap Jamang
Posisi seperti gerak terakhir tasikan, tangan kanan ngithing, dan bergerak di sekitar telinga kanan, secara bergantian. Sedangkan tangan kiri ulap-ulap seperti gerakan ulap-ulap sebelumnya. Kaki tajak secara bergantian diikuti dengan leyekan ke kanan-kiri, pacak gulu.
3 x 8











3 x 8












3 x 8


13.
Nglerek
Tangan kiri ngruji sedangkan tangan kanan ngithing (seperti pendapan), kaki kiri gedruk, kemudian melangkah ke serong kiri, tangan kiri menthang, sedangkan tangan kanan ukel separuh, kedua tangan mengambil sampur, kemudian kebyok, kaki kanan jinjit ke depan.
1 x 8
14.
Dolanan Sampur
Kedua tangan kebyak cathok sampur ke depan, kaki kanan jinji, kepala pacak gulu, diikuti dengan mendhak. Tangan kanan kebyak ke depan, kemudian seblak ke arah belakang, kepala menoleh ke arah sampur yang sedang diseblak, kaki kanan melangkah ke depan. Kemudian gerakan tangan kiri mengikuti seperti tangan kanan, kaki kiri melangkah ke depan. Gerakan diulangi kembali. Hitungan 5-8 terakhir nyamber kanan kemudian trisik.
6 x 8
15.
Dolanan Asta
Setelah trisik, hitungan ke 5-8 kebyok cathok kedua sampur ke depan, kaki kanan maju, kedua tangan kebyok dan seblak sampu, kaki kiri maju. Kedua tangan ditaruh ke depan, tangan kiri ngruji, tangan kanan ngithing, kaki kanan mancat (ngancap) kemudian medhak. Langkah kanan-kiri-kanan, tangan wolak-walik, diikuti dengan leyekan badan ke kanan-kiri. Kemudian tangan kiri menthang, tangan kanan di cethik, pacak gulu, kaki kanan nyrimpet, kedua tangan seblak dan mancat. Gerakkan diulangi seperti awal.
3 x 8
16.
Nglerek
Setelah nglerek kaki kanan nyrimpet tangan kanan ambil sampur dan kemudian ngregem sampur (tangan kiri ngolong sampur, tangan kanan pegang sampur di bawah).
1 x 8
17.
Ngregem Sampur
Posisi tangan kanan memegang bagian bawah sampur kanan, sedangkan tangan kiri mengolong sampur bagian atasnya. Diawali dengan tangan kiri diletakkan di depan muka, diikuti dengan pacak gulu, langkah kaki ke kanan, pada hitungan 5-8 kaki maju dan kembali melangkah ke kanan. Hitungan 1 x 8 berikutnya, tangan kiri dimentangkan di cethik kiri, dan tangan ngruji. Gerakan diulangi secara bergantian sampai kembali ke tempat semula. Hitungan 5-8 terakhir nyamber kanan dan trisik.
5 x 8
18.
Kengser dan Atrap Cunduk
Setelah trisik, hitungan ke 5-8, tangan kiri kebyok cathok sampur, kaki kanan maju, kedua tangan kebyak sampur, maju kaki kiri, kedua tangan seblak kedua sampur, kaki jejer. Kengser ke kanan, kedua tangan ukel di depan muka kemudian tangan kanan diletakkan di samping telinga kanan, sedangkan tangan kiri di atasnya. Setelah itu tangan kiri diletakkan di samping telinga kiri dan tangan kanan di atasnya. Gerakan diulangi secara bergantian 3x. Pada hitungan ke 1-4 terakhir dilanjutkan dengan ting-ting.
2 x 8
19.
Ting-ting - Trisik
Kaki kanan nyrimpet, kedua tangan seblak sampur. Kemudian kaki kiri maju jinjit, kedua tangan mengembat-embatkan sampur di depan 2x, seblak kiri, tanagan kanan ngithing siku-siku dan diletakkan di depan, tangan kiri menthangkan sampur ke samping, maju kanan, kemudian trisik, kepala coklek ke kiri. Berhenti dilanjutkan pada hitungan ke delapan, seblak sampur ke kanan-kiri-kanan. Selanjutnya gerakan tingting kebalikannya (kaki kanan maju jinjit, kedua tangan mengembat-embatkan sampur di depan 2x, seblak kanan, tangan kiri ngithing siku-siku dan diletakkan di depan, tangan kanan menthangkan sampur ke samping, maju kiri, kemudian trisik, kepala coklek ke kanan. Berhenti dilanjutkan pada hitungan ke delapan, seblak sampur ke kiri-kanan-kiri.
4 x 8
20.
Pendapan
Setelah srisik, ketika hitungan keenam kaki kanan gedruk tangan kanan ngiting terbalik, sedangkan tangan kiri ngruji, kedua tangan diletakkan di depan (cethik), kaki kiri melangkah. Ketika hitungan keenam kaki kiri gedruk tangan kanan ngiting, sedangkan tangan kiri ngruji terbalik, kedua tangan diletakkan di depan (cethik), kaki kanan melangkah. Dilanjutkan bergantian seperti di atas.
2 x 8
21.
Ngilo Sampur
Kaki kanan posisi jinjit di depan (tanpa mendhak), kedua tangan memegang sampur kanan dan diletakkan di depan muka (menutupi muka) sambil diembat-embatkan, diikuti dengan pacak gulu. Pada hitungan ketujuh terakhir, cul sampur, hitungan kedelapan kaki jejer, tangan kiri ngruji menthang, sedangkan tangan kanan nglumah dan diletakkan di cethik kanan.
1 x 8
22.
Embat-embat Asta
Kedua kaki jejer, tangan kiri ngruji menthang kiri, tangan kanan nglumah dan diletakakn didepan cethik kanan. Kedua tangan diembat-embatkan diikuti dengan leyekan, tolehan ke arah tangan yang diembat-embatkan. Hitungan keempat terakhir kaki kanan jinjit, gedruk kanan dan dilanjutkan pendapan.
2 x 8
23.
Pendapan
Setelah embat-embat asta, ketika hitungan keenam kaki kanan gedruk tangan kanan ngiting terbalik, sedangkan tangan kiri ngruji, kedua tangan diletakkan di depan (cethik), kaki kiri melangkah. Ketika hitungan keenam kaki kiri gedruk tangan kanan ngiting, sedangkan tangan kiri ngruji terbalik, kedua tangan diletakkan di depan (cethik), kaki kanan melangkah.
1 x 8
24.
Nyamber Kiri - Trisik
Berdiri kaki kanan gejuk, dengan tangan kiri lurus ke samping sambil miwir sampur, tangan kanan ditukuk siku-siku ke depan sambil miwir sampur. Kaki kanan jejer, tangan kiri nyamber sampur ke arah telinga kanan dan tangan kanan mentang ke arah kanan kaki kiri srimpet, kepala noleh ke kiri.
Kemudian trisik ke arah kiri.
1 x 4






1 x 8
25.
Nyamber Kanan - Trisik
Kaki kiri gejuk, dengan tangan kanan lurus ke samping sambil miwir sampur, tangan kiri ditukuk siku-siku ke depan sambil miwir sampur. Kaki kiri jejer, tangan kanan nyamber sampur ke arah telinga kiri dan tangan kiri mentang ke arah kiri, kaki kanan srimpet, kepala noleh ke kanan.
Kemudian trisik ke arah kanan.
Setelah trisik terakhir, hitungn ke 5-8 tangan kiri kebyok cathok sampur, kaki kanan maju, kedua tangan kebyak, maju kaki kiri, kemudian kedua tangan seblak kedua sampur
1 x 4






1 x 8
26.
Silo Panggung dan Sembahan
Seperti gerakan silo panggung sebelumnya, diawali dengan tangan kanan memegang sampur, sedangkan tangan kiri sebagai tumpuan saat akan duduk, namun setelah merapikan kedua sampur, langsung menangkupkan kedua tangan dan meletakkannya secara berdekatan di depan kedua lutut. Pada hitungan kedelapan langsung menyembah, dan kemudian seleh tangan kiri ke tanah.
3 x 8
27.
Jengkeng
Posisi kaki seperti lampah dodok
1 x 8
28.
Hoyog-hoyog Leyekan
Dalam keadaan berdiri tegak, kedua tangan ngiting di samping, lurus dengan cethik. Apabila akan belok ke kanan, maka hoyok ke kiri-kanan-kiri, kemudian baru belok kekanan, dan tolehan leher ke kanan. Namun apabila akan belok ke kiri, maka hoyok ke kanan-kiri-kanan, kemudian baru belok ke kiri, dan tolehan leher ke kiri.
2 x 8
29.
Kapang-kapang
Berjalan tegak dengan kedua tangan lurus dan ngithing, tangan kiri memegang jarit dan pandangan lurus ke depan. Kemudian jongkok
1 x 8
30.
Lampah Dodok
Diawali dengan posisi jongok kaki kanan ditekuk di bawah dan tidak diduduki (jeblos), sedangkan kaki kiri tetap dengan lutut diatas, kedua jari tangan ngithing, jari kiri diletakkan pada lutut kiri sedangkan jari kanan diletkkan di atas paha kanan. Melangkah ke depan 3x dengan posisi tersebut. Ketika melangkahkan kaki kanan,tangan kiri diletakkan di atas tanah sedangkan tangan kanan menyangga kaki yang akan melangkah selanjutnya dengan diikuti tolehan kepala ke kanan. Sedangkan ketika melangkahkan kaki kiri, tangan kanan diletakkan di atas tanah sedangkan tangan kiri menyangga kaki yang akan melangkah selanjutnya dengan diikuti tolehan kepala ke kiri.
1 x 8
31.
Kapang-kapang
Berjalan tegak dengan kedua tangan lurus dan ngithing, tangan kiri memegang jarit dan pandangan lurus ke depan. Kemudian jongkok
1 x 8

2.            Deskripsi Unsur Gerak
a.      Unsur Sikap Badan atau hageg
Sikap badan merupakan faktor yang penting dalam tari, maka sikap badan itu pertama-tama harus dipelajari sebelum mempelajari anggota badan lainnya. Karena sikap badan yang tidak dapat memenuhi tuntutan paugeran atau patokan pasti akan mempengaruhi wiraga atau gerak tari. (Fred Wibowo, 2002:20)
Adapun sikap badan dalam tari itu harus dipacak atau diperindah dengan paugeran atau ketentuan sebagai berikut:
1)      Iga kaunus (tulang rusuk dijunjung).
2)      Ula-ula ngadeg (tulang punggung berdiri).
3)      Enthong-enthong wrata (tulang belikat datar).
4)      Jaja mungal (dada membusung).
5)      Weteng nglempet (perut kempis).
6)      Pundhak menga (bahu membuka).
Untuk dapat mewujudkan sikap badan ini dilakukan dengan cara unjal nafas (menarik nafas) kemudian apabila tubuh terasa seperti apa yang dimaksud di atas, nafas dan rasa ketegangan dilepaskan. Selanjutnya jalan pernapasan harus diatur jangan sampai mengubah sikap.
Adapun wiraga atau gerak dari badan dipusatkan pada cethik (persendian pangkal paha dengan badan) dalam posisi mendhak (merendah). Hal ini dimaksudkan agar tetap menjaga kestabilan sikap badan.

b.      Unsur Sikap dan Gerak Kepala
1)      Pesamon dan Pandangan Mata
Dalam seni tari klasik gaya Yogyakarta yang terpenting adalah sikap dan pandangan mata. Karena sikap dan pandangan adalah pertanda yang menunjukkan kesungguhan berkonsetrasi sehingga menumbuhkan wibawa keagungan serta dapat memancarkan ekspresi pasemon atau muka. Pasemon adalah ekspresi wajah pelaku/ peraga tari yang memancarkan karakter dari tokoh yang dijiwainya.
Sedangkan paugeran atau ketentuan sikap dan pandangan mata adalah sebagai berikut:
a)      Tlapukan melek (kelopak mata terbuka)
b)      Manik jejeg (bola mata lurus menurut arah hadap muka)
c)      Pandengan tajem (pandangan tajam dengan jarak lima kali tinggi tubuh, gagah lurus menurut arah hadap muka)
2)      Unsur Gerak Kepala
No.
Unsur
Deskripsi
Sikap
Gerak
1.
-
Tolehan



-    Ke kiri





-    Ke kanan
Menggerakakan leher dengan memindahkan arah pandangan menurut arah hadap muka. Gerak tolehan ini meliputi gerak ke kiri dan gerak ke kanan.
Tolehan ke kiri dimulai dari muka dan pandangan lurus ke depan, lalu jiling kanan dicoklekan (ditekuk) ke kanan digerakkan masuk sehingga muka dan pandangan menghadap ke kiri, dengan catatan kepala agak nengleng (condong) ke kanan.
Tolehan ke kanan dimulai dari muka dan pandangan lurus ke depan, lalu jiling kiri dicoklekan (ditekuk) ke kiri digerakkan masuk sehingga muka dan pandangan menghadap ke kanan, dengan catatan kepala agak nengleng (condong) ke kiri. Apabila akan kembali ke depan, setelah sampai di tengah lalu ditegakkan lurus ke depan.

-
Pacak Gulu

-    Ke Kanan – Irama Seseg (Cepat)



-   Ke Kiri – Irama Seseg (Cepat)



-   Irama Antal (Pelan)
Menggerakkan leher dengan pandangan tetap.
Pacak gulu dimulai dari muka dan pan dangan lurus ke depan, lalu jiling kiri dicoklek (ditekuk) ke kiri, ditarik ke kiri lagi leher mengikuti sedikit lebih nengleng. Kemudian digerakkan kembali semula dengan agak ditekankan.
Pacak gulu dimulai dari muka dan pan dangan lurus ke depan, lalu jiling kanan dicoklek (ditekuk) ke kanan, ditarik ke kanan lagi leher mengikuti sedikit lebih nengleng. Kemudian digerakkan kembali semula dengan agak ditekankan.
Dimulai dari muka dan pandangan lurus ke dapan, lalu jiling kiri ditekuk ke kiri, terus digerakkan sedikit masuk, lalu jiling kanan ditekuk ke kanan terus digerakkan sedikit masuk, kembali nekuk jiling kiri dan akhirnya digerakkan kembali semula dengan sedikit ditekankan.


c.       Unsur Sikap dan Gerak Tangan
No.
Unsur
Deskripsi
Sikap
Gerak
1.
Ngruji
-
Pergelangan tangan ditekuk berdiri dengan jari telunjuk, jari tengah jari manis dan kelingking berdiri jajar dan rapat, ibu jari ditekuk ke depan telapak tangan.
2.
Ngithing
-
Pergelangan tangan ditekuk berdiri dengan ujung jari tengah dikenakan dengan ujung ibu jari (membentuk lingkaran), jari yang lain ditekuk, ruas bawah lurus dengan pergelangan, kelingking menonjol.
3.
Nekuk Tumungkul (Lengkung)
-
Lengan bawah lurus ke depan, telapak tangan tengkurap, pergelangan ditekuk ke bawah, jail ngithing, telapak hadap ke belakang.
4.
Nekuk Tumenga (Berdiri)
-
Lengan bawah lurus ke atas, telapak menghadap ke depan, jari menurut ragam.
5.
Pergelangan Tangan Lurus
-
Pergelangan tangan lurus dengan lengan bawah maupun atas, biasanya dalam posisi di samping badan, sikap jarinya menurut ragam tarinya.
6.
Nglurus
-
Lengan atas dan bawah dengan pergelaran tangan lurus, telapak tangan menghadap ke belakang agak masuk ke dalam, jari ngithing, siku renggang dari badan kurang lebih satu genggam (kepal)
7.
-
Ngembat
Tangan kiri nglurus ngithing, pergelangan digerakkan ke samping agak maju dan nekuk lengkung serta siku agak nekuk. Kemudian pergelangan ditekuk berdiri digerakkan kembali ke tempat ditekkankan bersama lurusnya lengan yang ditekankan pula, sedangkan jari-jari tetap ngithing atau ngruji menurut ragam tarinya. Untuk kanan sama.
8.
-
Ukel Jugag (Putri)
Tangan nglurus ngithing, pergelangan tangan kiri ditekuk lengkung lalu digerakkan maju ke atas siku nekuk, lengan atas tetap (siku nyiku). Lalu pandangan diputar keluar hingga telentang, lalu ditekuku berdiri, jari ngruji (arah jari ke bawah), terus diputasr masuk tengkurap, telapak tangan hadap ke depan (sikap nyiku).
9.
-
Miwir
Tangan kanan nekuk lengkung, pergelangan di depan muka agak ke kanan, jari ngruji, ibu jari megar (mengembang), telapak di bawah, setinggi kening, Lalu jari telunjuk, tengah, manis dan kelingking gigerakkan cepat dan kerap seperti miwir (bergetar). Gerak ini untuk tangan kanan dan kiri.
10.
-
Njimpit Sampur
Ibu jari tengah memegang tepi atau pinggiran sampur sepanjang tangan lebih sedikit, ibu jari di bagian depan dalam sikap nglurus ngithing. Untuk dapat njimpit (memegang) tepi sampur agar dapa lebih panjang daripada tangannya.
11.
-
Nyathok Sampur
Tangan kanan nglurus njimpit sampur. Lalu pergelangannya ditekuk berdiri diputar ke luar, terus digerakkan mlumah (telentang) k eats nyiku. Lalu pergelaran ditrkuk lengkung (ke atas) dikejutkan disertai jari tengah melambaikan sampur ke atas agak ke dalam, terus pergelangan diputar masuk kemudian ke luar nekuk berdiri nyiku ngithing menerima (menyangga) turunnya sampur. Sampur harus menutup pergelangan dan jari. Gerak ini untuk tangan kiri dengan sikap jari ngruji.
12.
-
Kipat Njimpit Sampur
Kedua tangan nyiku njimpit sampur pergelangan nekuk berdiri digerakkan meluruskan lengan dan terus nekuk lengkung disertai telunjuk memukul tepi sampur dengan agak cepat dan kuat. Kemudian dengan agak cepat pula pergelangan lurus atau nekuk berdiri.
13.
-
Seblak Njimpit Sampur
Kedua tangan nyiku njimpit sampur, pergelangan nekuk berdiri digerakkan meluruskan lengan dan terus nekuk lengkung disertai telunjuk memukul tepi sampur dengan agak cepat dan kuat. Kemudian dengan agak cepat pula pergelangan lurus atau nekuk berdiri.
14.
-
Kipat Cul (Lepas)
Kedua tangan nyiku nyathok sampur. Lalu pergelangannya ditekuk lengkung jari njimpit sampur, digerakkan masuk terus ke luar dengan cepat nekuk berdiri (arah ke bawah) melepaskan sampur, jari ngithing.
15.
-
Seblak Cul (Lepas)
Tangan kiri nglurus seduwaa, pergelangan diputar ke luar digerakkan ke atas nekuk melingkar jari dan telapak tangan menyangga sampur, ibu jari di atas megar, lalu pergelangan digerakkan melurus ibu jari di dalam, terus pergelangan ditekuk lengkung (ke belakang) agar cepat dan keras disertai telapak tangan dan jari nyeblak (melepaskan) sampur lalu kembali lurus. Gerak melurus dengan sampur tersebut dinamakan ngurut. Perbedaan seblak njimpit dengan seblak cul adalah seblak njimpit tidak pakai ngurut, seblak cul (lepas) dengan ngurut sampur dahulu.
16.
-
Ngregem Sampur
Tangan nglurus, lalu tangan ngruji pergelangan nekuk berdiri, terus digerakkan nekuk melingkar jari menyangga sampur kanan pada pangkalnya dari bagian dalam nekuk lengkung. Lalu digerakkan nglurus ngurut sampur, terus nekuk berdiri, ibu jari megar. Sampur berada di antara ibu jari dan telunjuk. Kemudian digerakkan nekuk melingkar. Akhirnya jari-jari ngepel menggenggem sampur nyiku.
17.
-
Nyangkol Sampur
Tangan nglurus njimpit sampur, lalu pergelangan tangan kiri ditekuk berdiri diputar ke luar digerakkan ke atas, siku nekuk agak majudi depan pinggiran (tepi) sampur, terus jari ngruji, pergelangan digerakkan menurun nyiku dengan siku nyangkol sampur tepi bagian dalam. Demikan untuk tangan kanan atau kiri.
18.
-
Ngridhong Sampur
Nyangkol kanan dan kiri bersama-sama atau kedua-duanya.
19.
-
Sembahan
Merapatkan kedua telapak tangan dengan ibu jari berdiri dan keempat jari rapat, ujung ke depan. Ujung kedua ibu jari dikenakan ujung hidung.

d.      Unsur Sikap dan Gerak Kaki
Sikap dan gerak kaki dalam tari klasik gaya Yogyakarta mempunyai fungsi yang penting sekali, karena merupakan sendi kekuatan, kemantapan, dan keseimbangan dalam tari. Maka dalam mempelajari sikap dan gerak tari harus disertai dengan keberanian, kemantapan, serta kesungguhan yang tangguh, agar benar-benar dapat melakukan paugeran-paugeran sikap dan gerak kaki.
Adapun paugeran-paugeran sikap kaki dalam tari klasik gaya Yogyakarta sebagai berikut.
1.      Papu mlumah (paha telentang)
2.      Dhengkul megar (lutut membuka)
3.      Dlamakan malang (telapak kaki melintang)
No.
Unsur
Deskripsi
Sikap
Gerak
1.
Hadeg atau Sikap Berdiri
-
Ketentuan hadeg atau sikap berdiri adalah sebagai berikut: berdiri tegak, telapak kaki, menapak melintang agak menyudut, paha mlumah (telentang), lutus megar ke samping. Di samping itu, tumit kanan dan kiri (rapat)
2.
Mendhak (Merendah)
-
Posisi badan berdiri merendah, sedangkan cara dan ketentuannya: sikap badan dan sikap berdiri diatur menurut ketentuan, tangan nglurus ngithing. Lalu cethik (pangkal paha) kanan dan kiri ditekankan menurun sehingga lutut kanan-kiri nekuk megar ke samping (jangan sampai maju) dan paha tetap telentang, serta badan harus dijaga jangan sampai muyuk (condong ke depan) atau nggeblag (condong ke belakang).
3.
Mendhak Ngleyek Mapan
-
Sikap badan dan sikap berdiri diatur menurut ketentuan, tumit renggang kurang lebih satu genggam tengan. Lalu mendhak, terus badan ngleyek atau meliuk ke kanan, cethik nekuk ke kanan. Telapak kaki kiri diingsutkan hingga melintang sama sekali, sedangkan yang kanan tetap menyudut. Posisi kaki demikian itu disebut ngampat. Demikianlah, mendhak ngleyek mapan ke kanan, sedangkan mendhak ngleyek mapan ke kiri adalah kebalikannya.
4.
Kapang-kapang
-
Badan dan kaki bersikap berdiri tegak tumit renggang kurang lebih satu genggam tangan, telapak kaki melintang agak menyudut. Kemudian kaki kanan dijunjung maju menapak melintang tumit di depan ibu jari kaki kiri. Telapak kaki kiri jinjit, terus lutut digerakkan masuk (menguncup), telapak dijunjung membujur, terus maju menapak melintang lutut megar tumit di depan ibu jari kanan. Telapak kaki kanan jinjit, terus maju menapak melintang lutut megar tumit di depan ibu jari kaki kiri. Demikian kanan-kiri berganti-ganti (megar timun). Tiap-tiap bergerak jari harus nylekenthing dan tidak perlu mendhak.
5.
Pendhapan
-
Badan dan kaki bersikap berdiri. Kemudian mendhak gedrug kanan, cethik nekuk kiri badan ke kiri, terus telapak kaki kanan agak dijunjung membujur lutut menguncup, seterusnya maju menapak melintang tumit di depan ibu jari kanan, cethik nekuk kiri, badan ke kiri dan mendhak jinjit kanan. Demikianlah kaki kanan-kiri berjalan maju berganti-ganti dengan tetap mendhak, tetapi pada waktu akan bergerak maju agak mulur (naik) sedikit, setelah menapak kembali mendhak, sedangkan badan mengikuti kaki yang di depan.
6.
-
Mancat
Dimulai dari sikap mendhak ngleyek ke kanan, kemudian telapak kaki kiri agak dijunjung digerakkan maju sedikit, terus menapak agak jinjit dan ditekankan disertai badan agak mayuk ke kiri. Demikianlah gerak mancat kiri, sedangkan mancat ke kanan dengan gerak sebaliknya.
7.
-
Trisig
Baadan bersikap dengan kaki berdiri jajar agak jinjit rapat, lutut agak nekuk maju, jari kaki nylekenthing. Kemudian gajul (talapak kaki bagian depan) berjalan kanan-kiri  bergantian sedikit-sedikit (kecil-kecil) tetapi kerap dan cepat. Paha dan badan tetap tegap dan lutut terus berjajar. Demikianlah untuk berjalan maju, mundur dan melingkar.
8.


-
Ngoyog
Sikap badan dan kaki mendhak ngleyek ke kiri. Lalu mendhak lagi hingga cethik lebih nekuk ke kiri, terus cethik menggerakkan badan ke kanan disertai kaki kiri mengingsutkan telapak hingga melintang sama sekali dengan jari-jari nylekenthing, sedangkan telapak kaki kanan diingsut agar agak menyudut terlebih dahulu, dan akhirnya cethik kanan nekuk ke kanan serta badan ngleyek ke kanan. Demikianlah ngoyog ke kanan, sedangkan ngoyog ke kiri dengan gerak kebalikannya.
9.
-
Encot
Dimulai dari gerak ngoyog ke kanan. Kemudian telapak kaki kiri diingsutkan menyudut dan kanan diingsutkan melintang agak jinjit, badan agak ke tengah cethik masih nekuk ke kanan, terus mendhak tumit menapak ditekankan dan lutut kencang , lalu dikendorkan kembali sebelum mendhak , terus mendhak lagi menapak ditekankan membat (ngepir sedikit). Demikianlah gerak encot kanan. Adapun encot kiri dengan gerak kebalikan dari gerak encot kanan.
10.
Dhodhok
-
Dimulai dari sikap berdiri, mendhak, lutut ditekuk, paha menempel betis, tanagn kiri seduwa di lantai, tanagn kanan nekuk, pergelangan di tengah-tengah lutut kanan-kiri, badan tetap tegak dan pandangan lurus ke dapan.
11.
Sila Panggung
-
Duduk bersila dengan kaki di dalam, kaki kanan di depan, kedua lutut jejar ke atas, kedua tangan ngapurancang (hanya ibu jari) di tengah-tengah kedua lutut. Badan tegak dan pandangan lurus ke depan.
12.
Jengkeng
-
Dimulai dari sikap sila panggung, tangan kiri seduwa, kemudian pantat dijunjung, kaki kanan ditarik mundur jinjit, tumit di atas di samping pantat bagian kanan, lutut kanan di lantai, kaki kiri menapak. Baadan tegak, paha kiri dan betis kiri saling nempel lekat. Tangan kanan methengtheng (berkacat pinggang), tangan kiri nekuk ngithing, pergelangan di atas lutut kiri. Pandangan lurus ke depan.

3.            Deskripsi Aspek-aspek Pendukung Tari
a.      Musik Tari/ Iringan
Iringan tari Golek Kudupsari adalah Ladrang Surung Dayung. Dengan iringan gamelannya adalah:
1)      Irama I: 16 Hitungan = Satu Gong
a)      (sa-tu)                       = T (Kethuk)
b)      (du-a)                       = W (We-la)
c)      (ti-ga)                       = T (Kethuk)
d)     (em-pat)                    = N (Kenong)
e)      (li-ma)                       = T (Kethuk)
f)       (e-nam)                     = P (Kempul)
g)      (tu-juh)                     = T (Kethuk)
h)      Dla-pan)                   = N (Kenong)

a)      (sa-tu)                       = T (Kethuk)
b)      (du-a)                       = W (We-la)
c)      (ti-ga)                       = T (Kethuk)
d)     (em-pat)                    = N (Kenong)
e)      (li-ma)                       = T (Kethuk)
f)       (e-nam)                     = P (Kempul)
g)      (tu-juh)                     = T (Kethuk)
h)      Dla-pan)                   = NG (Kenong+Gong)

2)      Irama II: 32 Hitungan = Satu Gong
a)      Sa
b)      Tu
c)      Du
d)     A                              = T
e)      Ti
f)       Ga
g)      Em
h)      Pat                            = W
i)        Li
j)        Ma
k)      E
l)        Nam                         = T
m)    Tu
n)      Juh
o)      Dla
p)      Pan                           = N

b.      Tata Rias dan Busana
1)      Deskripsi Alat Rias
No.
Nama Alat Rias
Deskripsi
1.
Pembersih
Cairan kental yang berwarnaputih seperti susu, digunakan untuk membersihkan wajah dari kotoran sebelum dirias ataupun sesudah dirias. Penggunaannya di awal sebelum wajah dirias dengan cara dioleskan pada wajah dan leher kemudian dibersihkan dengan kapas.
2.
Penyegar
Cairan yang berwarna bening dan berasa segar (agak dingin) yang digunakan untuk membersihkan sisa-sisa pembersih dan kotoran yang tertinggal serta untuk menyegarkan muka. Penggunaannya setelah pembersih dengan cara dioleskan ke wajah serta leher dengan menggunakan kapas.
3.
Pelembab
Cairan kental yang digunakan setelah wajah dibersihkan yang berguna untuk melembabkan wajah sehingga riasan tidak cepat luntur dan tahan lama. Cara penggunaannya yaitu dioleskan ke seluruh wajah dan leher.
4.
Foundation (Alas Bedak)
Alas bedak yang berupa cairan kental atau padatan yang berwarna krem atau cokelat kulit, digunakan untuk alas atau dasar riasan. Alas bedak digunakan setelah wajah dibersihkan dengan pembersih dan penyegar serta pelembab, kemudian wajah dan leher dioleskan alas bedak secara merata dengan menggunakan spons wajah khusus foundation.
5.
Bedak Tabur
Bedak yang halus dan berwarna kekuningan atau cokelat kulit yang digunakan untuk menutupi wajah sehingga terlihat halus dan rata. Penggunaannya setelah wajah diolesi alas bedak dengan menggunakan kuas ditaburkan ke seluruh wajah dan leher.
6.
Bedak Padat
Bedak yang berbentuk padat dan lebih halus daripada bedak tabor, digunakan untuk menyempurnakan hasil sapuan bedak tabur. Penggunaannya setelah bedak tabor dengan cara dioleskan dengan menggunakan spons ke seluruh wajah dan leher.
7.
Pensil Alis
Pensil dengan isi yang lunak berwarna cokelat ataupun hitam yang digunakan untuk membentuk atau memperindah bentuk alis. Pensil alis digunkana setelah wajah diolesi atau dilapisi dengan bedak padat. Cara menggunakannya yaitu dengan mengikuti bentuk alis dan wajah sehingga terlihat lebih indah dan natural.
8.
Eyeshadow
Padatan bubuk yang mempunyai banyak warna, berfungsi untuk memperindah kelopak mata dan membentuk bayangan hidung sehingga lebih mempercantik wajah. Penggunaannya setelah pensil alis, dengan cara dioleskan pada kelopak mata dan hidung secara merata dengan memakai kuas eyeshadow.
9.
Eyeliner
Cairan yang digunakan untuk membentuk garis mata baik garis mata bagian atas maupun bagian bawah. Eyeliner berwarna hitam pekat dan penggunaanya setelah pemasangan bulu mata atas, kemudian dioleskan menurut garis bulu mata dengan menggunakan kuas eyeliner. Eyeliner juga ada yang berbentuk pensil yang disebut dengan eyeliner padat yang digunakan untuk membentuk garis mata bagian bawah agar terlihat lebih natural.
10.
Bulu Mata Palsu
Bulu mata yang terbuat dari rambut-rambut imitasi, yang dibentuk seperti bulu mata asli, sehingga memperindah bulu mata asli. Penggunaannya dengan cara diolesi dengan lem khusus bulu mata dan dipasangkan pada bulu mata sesuai dengan garis mata. Bulu mata palsu dilekatkan setelah kelopak mata diolesi eyeshadow.
11.
Lem Bulu Mata
Cairan kental yang digunakan untuk melekatkan bulu mata palsu. Penggunaannya dengan cara dioleskan pada bulu mata palsu
12.
Maskara
Cairan padat berwarna hitam pekat yang digunakan untuk melentikkan bulu mata dan memperindahnya. Maskara digunakan setelah bulu mata palsu melekat pada bulu mata asli, penggunaannya dengan cara disapukan mengikuti bentuk bulu mata.
13.
Blush On
Bubuk yang dipadatkan, berfungsi meronakan pipi, dagu dan dahi sehingga wajah tampak lebih berseri dan cantik. Penggunaanya setelah mascara dengan cara dioleskan ke tulang pipi, dagu dan dahi dengan menggunakan kuas blush on.
14.
Lipstik
Alat yang digunakan untuk mempercantik bibir yang berwarna merah terang atau lainnya. Penggunaanya setelah dioleskan blush on dengan menggunakakn kuas khusus lipstick.
15.
Kuas Bedak Tabur
Kuas yang digunakan untuk mengoleskan bedak tabur pada wajah dan leher agar lebih merata
16.
Kuas Eyeshadow
Kuas yang digunakan untuk mengoleskan eyeshadow pada kelopak mata agar lebih merata dan rapi
17.
Kuas Blush On
Kuas yang digunakan untuk mengoleskan blush on pada tulang pipi, dahi dan dagu agar lebih merata dan rapi
18.
Kuas Lipstik
Kuas yang digunakan untuk mengoleskan lipstick pada bibir  agar lebih merata dan rapi
19.
Spons Foundation
Alat yang  digunakan untuk mengoleskan foundation pada seluruh wajah dan leher  agar lebih merata dan rapi
20.
Spons Bedak Padat
Alat yang  digunakan untuk mengoleskan bedak padat pada seluruh wajah dan leher  agar lebih merata dan rapi
21.
Lulur Badan
Cairan yang digunakan untuk meratakan warna kulit badan dan tangan agar terlihat lebih cerah dan merata. Penggunaannya setelah wajah selesai dirias, dengan cara dioleskan secara merata ke seluruh badan dan tangan.
22.
Sisir Sasak
Sisir yang mempunyai gigi-gigi yang rapat yang digunakan untuk merapikan rambut sebelum di sanggul. Penggunaannya setelah wajah dirias.
23.
Hair Spray
Cairan semprot yang digunakan untuk membuat rambut kaku sehingga terlihat lebih rapi. Penggunaannya dengan cara disemprotkan pada rambut setelah rambut disisir rapi.
24.
Cepet Biting
Penjepit rambut berwarna hitam rambut yang digunakan untuk merapikan rambut setelah disisir dan disemprot hair spray.
25.
Sanggul
Rambut imitasi yang digunakan setelah rambut di hair spray dan dicepet biting dan dikenakan dengan cara dijepit dengan hairnal setelah kepala dipasangi irah-irahan.
26.
Hiasan bunga
Bunga imitasi yang digunakan untuk menghiasi rambut setelah sanggul dipasang. Dipasangkan dengan menggunakan cepet biting
27.
Pidih
Padatan yang berwarna hitam legam yang digunakan untuk membentuk godeg. Penggunaannya setelah wajah dirias, yaitu dengan menggunakan kuas lukis  pidih lalu dioleskan ke wajah sesuai dengan karakter yang ada
28.
Harnal
Alat berbentuk tusuk konde yang digunakan untuk mengencangkan sanggul agar tidak mudah lepas saat menari. Penggunaanya yaitu setelah rambut dirapikan dan dicepol dengan harnet. Cara memakainya dengan cara ditusukan pada konde dan rambut.
29.
Harnet
Alat yang berbentuk jaring-jaring halus berwarna hitam rambut yang digunakan untuk merapikan rambut saat dicepol. Penggunaanya setelah rambut disisr rapi dan diikat dengan karet gelang, lalu dibrongsongkan ke rambut.











































































































































 

     2) Deskripsi Busana
No.
Nama Unsur Busana
Deskripsi
1.
Jarit
Kain bermotif batik berbentuk segi panjang yang mempunyai ukuran 3x1,5 meter. Jarit berfungsi sebagai penutup tubuh bagian bawah. Penggunaannya dengan cara dililitkan pada tubuh kemudian bagian tepinya disisakan untuk diwiru pada kaki bagian kiri.
2.
Stagen
Kain bentuk persegi panjang dengan ukuran panjang ±3meter yang diguanakan untuk melekatkan jarit agar tidak mudah lepas dan kencang. Penggunaannya setelah memakai jarit dengan cara dililitkan ke tubuh secara kencang agar tidak mudah lepas.
3.
Rompi Bludru
Kain bludru yang dijahit dengan bentuk rompi (baju tanpa lengan) yang permukaannya seperti bulu-bulu halus yang lembut dan dihiasi dengan mute kecil-kecil dengan motif bunga. Penggunaannya setelah memakai jarit dan stagen, dengan cara dikaitkan kancingnya.
4.
Sampur
Kain bentuk persegi panjang dengan motif batik yang digunakan untuk property menari. Penggunaanya setelah memakai rompi bludru dengan cara diikatkan ke pinggang kemudian dipakaikan sabuk
5.
Sabuk
Alat yang berbahan kaku dan dihiasi mute-mute di sepanjang tepinya, dengan bulatan berbahan perunggu sebagai pengkaitnya. Penggunaannya setelah memakai sampur, kemudian sabuk dililitkan ke pinggang kemudian dikaitkan.
6.
Gelang Tangan
Perhiasan yang terbuat dari perunggu, kuningan dan sebagainya, yang dihiasi dengan berlian-berlian yang berkilau, digunakan untuk menghiasi pergelangan tangan. Penggunaannya setelah semua kostum dikenakan.
7.
Gelang Bahu
Perhiasan yang terbuat dari kulit kerbau yang dihiasi dengan mute-mute berwarna emas, digunakan untuk menghiasi bahu. Penggunaannya setelah semua kostum dikenakan, dengan cara diikatkan ke bahu.
8.
Anting-anting
Perhiasan yang terbuat dari perunggu, kuningan dan sebagainya, yang dihiasi dengan berlian-berlian yang berkilau dan mute-mute berwarna keemasan yang panjang, digunakan untuk menghiasi kedua telinga. Penggunaannya setelah semua kostum dikenakan dengan cara dikaitkan pada telinga.
9.
Kalung
Perhiasan berbentuk tiga tingkatan bulan sabit yang terbuat dari perunggu, kuningan dan sebagainya, yang dihiasi dengan berlian-berlian yang berkilau, digunakan untuk menghiasi pergelangan tangan. Penggunaannya setelah semua kostum dikenakan.
10.
Sumping
Hiasan yang terbuat dari kulit kerbau dan dihiasi mute-mute berwarna emas yang digunakan untuk menghias telinga setelah dibentuk godeg dan dipasangi anting-anting. Cara pemakaiannya yaitu dengan cara dipasangkan pada cuping telinga. Penggunaanya setelah semua kostum dikenakan
11.
Irah-irahan
Hiasan yang terbuat dari kulit kerbau yang dihiasi dengan mute-mute berwarna emas, dan berbentuk seperti burung dengan ujung paruh dihiasi oleh mute-mute yang panjang. Cara memakainya yaitu dengan cara diikatkan pada kepala. Penggunaannya setelah semua kostum digunakan.
































































3)      Tata Cara Melakukan Rias dan Busana
Tata cara melakukan rias dan busana adalah:
a)      Pertama-tama wajah dibersihkan dengan pembersih den penyegar dengan menggunakan kapas
b)      Langkah kedua wajah diolesi foundation secara merata dengan menggunakan spons
c)      Selanjutnya taburkan bedak tabur dengan menggunakan kuas secara merata pada seluruh bagian wajah dan leher
d)     Kemudian oleskan bedak padat dengan menggunakan spons secara merata ke seluruh bagian wajah dan leher
e)      Lalu bentuk alis dengan menggunakan pensil alis sesuai dengn bentuk alis dan bentuk wajah
f)       Setelah itu oleskan eyeshadow secara merata pada kelopak mata, dengan urutan warna gelap ke warna terang yaitu sebelumnya semua bagian kelopak mata dilapisi dengan shadow base (dasar eyeshadow) kemudian olesi eyeshadow cokelat ke seluruh kelopak mata dengan menggunakan kuas sebagai dasar warna lalu pada bagian kelopak mata yang berbatasan dengan garis mata diberi warna biru tua, pada bagian atasnya diberi warna pink dan putih sebagai highlightnya
g)      Bentuk bayangan hidung dengn menggunakan pensil alis agar lebih terlihat mancung, kemudian oleskan eyeshadow berwarna cokelat ke bagian pangkal hidung dan batang hidung, kemudian gunakan eyeshadow putih pada bagian atasnya untuk highlighnya.
h)      Tempelkan bulu mata dengan menggunakan lem bulu mata sesuai dengan garis mata
i)        Oleskan eyeliner cair pada garis mata yang telah ditempeli dengan bulu mata
j)        Pakailah eyeliner padat pada garis mata bagian bawah
k)      Kemudian usapkan blush on dengan menggunakan kuas khusus blush on secara merata pada tulang pipi, dahi, dan dagu.
l)        Lalu pakai lipstick dengan menggunakan kuas lipstick secara merata dengan kuas khusus lipstick
m)    Rapikan rambut dengan menggunakan sisir lalu ikat rambut dengan menggunakan karet gelang dan digelung
n)      Bungkus gelungan rambut dengan menggunakan hairnet agar rambut terlihat rapi
o)      Bentuk godeg dengan menggunakan pensil alis sesuai dengn karakter tariannya, kemudian oleskan pidih secara merata sesuai dengan bentuk godeg.
p)      Pasangkan irah-irahan (mahkota) di atas kepala, kemudian diikat talinga agar tidak lepas
q)      Pasangkan sanggul dengan menggunakan hairnal dan cepet biting agar tidak mudah lepas
r)       Hias sanggul dengan menggunakan bunga-bunga kecil dan hiasan lain
s)       Kemudian memakai jarit dengan cara dililitkan ke tubuh, lalu sisa kainnya diwiru di samping kiri badan.
t)       Lilitkan stagen agar jarit tidak mudah lepas
u)      Setelah itu pakaikan kostum rompi bludru dan kaitkan kancingnya
v)      Ikatkan sampur ke pinggang kemudian gunakana sabuk sebagai pengikatnya agar kencang
w)    Pakailah sumping, anting-anting, kalung, gelang tangan dan gelang bahu sebagai hiasan terakhir

b.      Properti
Pada tari Golek Kudupsari properti yang digunakan adalah sampur, yang telas diikatkan ke pinggang yang merupakan bagian dari busana tari.

4.            Interprestasi Tari
Tari Golek Kudupsari merupakan tari klasik putri alus gaya Yogyakarta. Tari Golek Kudupsari adalah sebuah tarian yang biasa dibawakan remaja putri. Selama ini, tari Golek hanya selalu dikatakan sebagai tarian yang menggambarkan remaja putri yang sedang berhias diri, atau bersolek. Memang di dalam tari Golek, ada bagian yang menggambarkan seorang perempuan yang sedang berhias diri, seperti:
a.       Tasikan : memakai bedak,
b.      Atrap cundhuk : memasang cundhuk, hiasan yang dipasang di sanggul
c.       Atrap jamang : memasang jamang, semacam mahkota.
d.      Atrap slepe : memasang sabuk,
e.       Dolanan supe : memain-mainkan cincin,
f.       Ngilo : berkaca.
g.      Miwir rikma : merapikan rambut, semacam menyisir, dan lain-lain
Yang terlihat (di panggung) memang orang yang sedang bersolek, sehingga oang menyatakan bahwa tari Golek menggambarkan gadis remaja yang sedang berdandan.
Tari Golek ada banyak jenis. Nama aslinya kadang tenggelam dengan nama gendhing (lagu) pengiringnya. Yang jelas apapun namanya, tari golek ada bagian kenesnya dan anggunnya. Sebagian di antara tari Golek adalah Golek Clunthang, Golek Cangklek, Golek Asmarandana, Golek Kenyo Tinembe, Golek Surung Dayung (Kudupsari), Golek Lambang Sari, Golek Ayun-ayun, Golek Pamularsih dan lain-lain.

6 komentar:

  1. Thx ya... Aku sangat terbantu nih...

    BalasHapus
  2. Terima Kasih atas artikelnya sangat bermanfaat ni bagi saya.!

    Sekalian Numpang Link : Cara Mengobati Benjolan Payudara Terkena Tumor dan Kanker

    BalasHapus
  3. Tingkat kan lagi bu bikin blogger..
    By.ali

    BalasHapus
  4. Terima kasih untuk banyak infonya, apakah saya boleh share tulisan anda?

    BalasHapus
  5. Top T-Shirt | T-Shirts by T-Shirts from T-Shirts
    › › mens titanium watches T-Shirts › T-Shirts Buy T-Shirts from T-Shirts from T-Shirts ffxiv titanium nugget from T-Shirts and start earning titanium astroneer a fortune today! Browse our great 2020 ford edge titanium for sale selection ford edge titanium for sale of T-Shirts now with our amazing

    BalasHapus